Senin, 25 Februari 2008
... Ketika Dakwah Memanggil ...
for everyone
Kala seruan dakwah pertama kali memanggilku,
Ku sambut dengan gembira tanpa memahami bagaimana jalan yang akan ku lalui,
Ku hanya mengerti kalau ini hidayah
Dan ku teringat kata orang tuaku...
Hidayah tidak datang dengan mudah...
Ada kalanya kita harus bersusah payah mencarinya,
Dan jika ia telah datang maka jangan sia-siakan kesempatan itu
Dan itulah yang membuatku bahagia menerima seruan itu
Sekian lama perjalanan tarbiyah ini
Membuatku semakin mengerti bahwa dakwah merupakan jalan yang panjaaaaang
Lagi penuh onak dan duri
Namun, jalan ini lah yang telah begitu banyak mentarbiyahku, mendidikku
Lalu, apa yang dapat ku lakukan untuk jalan ini?
Pertanyaan inilah yang terus mengisi lorong hatiku
Hingga akhirnya ku tak mau tertinggal di jalan ini
Teringat ku pembicaraan dengan seorang ikhwah (saudara) yang menyampaikan fenomena banyaknya ikhwah (ikhwan dan akhwat) yang meninggalkan dakwah karena alasan pribadi,
Seorang koordinator departemen yang selalu menjawab sibuk study dan ujian ketika dihubungi anggotanya tentang suatu kegiatan
Seorang akhwat yang kemudian menghilang dari kancah dakwah ketika ia sudah (merasa) lulus dari kepengurusan,
Atau ikhwah yang lain yang juga menghilang karena malu ketika kena VMJ,
Atau masih banyak contoh yang lain yang sering hanya bisa membuat mulut kita berucap Astaghfirullahaladzim
Kembali hati ini bergetar ketika mendengar itu semua dan kembali ku mengadu kepada Kekasih-ku,
Jalan ini perlu orang yang tangguh
Mengapa kader yang sudah sedikit ini harus mengalami hal-hal itu juga??
Bagaimana dengan diriku yang hanya seorang kader yang lemah,
Tanpa memiliki potensi yang bisa ku kembangkan agar berguna untuk dakwah.
Bisakah aku bertahan jika semua ujian itu menimpaku??
Ku hanya memohon perlindungan kepada Kekasih-ku tericnta.
Kembali ku terenung dengan kata ustadz,
Kefuturan seorang kader bisa karena ketidak-tsiqohannya kepada jamaah atau karena godaan lawan jenis.
Teringat pula perkataan seorang ustadz, bahwa....
Sesungguhnya kefuturan seorang kader disebabkan karena ia terlalu memikirkan dirinya sendiri.
Kenyataannya, semua itu adalah benar.
Banyak kader yang futur dari aktifitas dakwahnya hanya karena ia memikirkan bagaimana studynya,
Bagaimana ujiannya,
Bagaimana dia yang di sana,
atau banyak bagaimana yang lainnya yang intinya semua adalah bagaimana dirinya.
Apakah itu salah???
Tidak, itu tidaklah salah
Karena itu semua juga amanah dan tanggung jawab kita.
Tapi tidakkah ia juga berfikir bagaimana study dan ujian anggotanya.
Mana amal jamaâi yang selama ini kita dengung-dengungkan.
Sesungguhnya itu semua tidaklah salah,
Karena aku juga gak suka melihat kader yang menyepelekan studynya karena sibuk dengan urusan organisasinya
Lalu apa yang salah???
Apa yang kita inginkan???
Kita begitu sering mengikuti kegiatan atau bahkan kita yang menjadi panitia kegiatan dengan tema Keprofesionalan Dai, Tawazun, Manajemen Waktu, Amal Jamai, Ukhuwah, dan tetek bengeknya.
Itu bukan hanya tema...
Kita juga sering mendapat materi-materi tersebut malah mungkin terlampau sering.
Tapi... adakah itu membekas dalam diri kita???
Adakah itu tercermin dalam kehidupan kita???
Jujurlah pada diri kita sendiri.
Pantaskah kita disebut kader dakwah??
Dimana ketawazunan kita dalam kehidupan???
Dimana amal jamai ketika kita tega mendzalimi ikhwah lain dengan tidak mmebantu ia dalam kerja-kerja kita.
Pantaskah kita dianggap lulus berbagai tingkatan marhalah, jika kita masih seperti itu???
Yah, kita tidak perlu menyalahkan orang lain ataupun diri kita sendiri
Karena itu hanya akan membuat penyakit di hati kita.
Sistem kita sudah begitu bagus walau mungkin belum sempurna,
Yang perlu kita lakukan hanya aplikasinya
Ku yakin ketika kita mau saling memahami, ketika kita mau bekerjasama tanpa mementingkan diri sendiri,
Kita pasti bisa mengerjakan semua ini tanpa ada amanah lain yang terkorbankan.
Cukup sudah, apa yang terjadi
Jika kita ingin kemenangan yang besar, saatnya kita bangkit
Jangan sampai kita terlena, karena amanah dakwah masih sangat panjang.
Jangan pernah memutuskan bahwa,
Alasan kita untuk tidak hadir syuro / untuk lainnya adalah syari
Sebelum kita minta pertimbangan ikhwah yang lain
Karena bagaimanapun kita hanya manusia yang sedikit banyak sifat egois dalam diri kita akan muncul.
Akhirnya ku berharap semoga ikhwah-ikhwah di jalan dakwah yang semakin banyak secara kuantitas akan diiringi dengan perbaikan kualitas.
Ku berharap semoga kita semua (termasuk diriku) akan sanggup berkata :
Bismillah, insya Allah ana siapa
Ketika seruan dakwah itu memanggil kapan dan dalam kondisi apapun kita.
Akhir kata.... semoga kemenangan besar akan kita peroleh.
Wallahualam bish-showab.
Taken from milis_kammi
Re-created & edited by : @ri'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar