Senin, 17 Maret 2008

SUPERMAMA SEJATI…

Super mama or super emak…nich..he.he..he..Tapi yang jelas ga’ da yang super melainkan yang Allah SWT.Ini hanya sebagai ungkapan betapa luarbiasanya orang yang biasa kita panggil Umi,mama,or emak ini. Bukan seorang mama yang menjadi manajer anaknya ketika di Mama mia saja tapi juga seorang manajer kehidupan anaknya seumur hidup.

Ana sebenarnya kurang senang dengan acara tersebut tapi kadangkala pas mudik ke rumah di Tanjung Raja,orang rumah (yeah kayak udah punya istri ja) maksudnya Ibu ma adik sepupu (Fiyah) sering nonton Mama mia dan Idola Cilik.. Awalnya ga’ da yang berkesan bagi ane karena menurut ana semuanya bagaikan rekayasa untuk meningkatkan rating saja..Tapi ada satu episode/ tayangan yang bikin seorang ari yang jarang nangis (Maksudnya dihadapan orang lain) meneteskan air mata..Ana tidak sanggup menahan airmata ketika seorang idola cilik yang didampingi ayahnya. Nama anak itu Kiki dan ayahnya yang notabene tubuhnya tidak sempurna lagi..Tanganya buntung dan tubuhnya termasuk bagian muka rusak..ana menebak mungkin karena luka bakar yang besar karena menyebabkan cacat tubuh.

Tapi bukan masalah cacat tubuhnya yang jadi fokus ana, tapi kebanggaan seorang kiki terhadap ayahnya. Anak kecil yang mungkin masih sangat terpengaruh terhadap pandangan dan kata-kata orang lain.Tapi dari pancaran wajahnya dan tingkah lakunya tampak jelas tidak sedikitpun kita malu terhadap keadaan orang tuanya yang cacat secara fisik. Suatu sikap luar biasa yang terkadang kita yang udah gede (Mahasiswa gtl) sering masih menampakan sikap malu dengan keadaan orang tua kita..Apa lagi yang berasal dari daerah kayak ana nich..Malu dengan keadaan orang tua kita secara materi..malu terhadap orang tua kita secara pendidikan dan lain-lain.

Ana teringat cerita seorang Ustadzah yang mengajar TK/TPA. Ia mempunyai murid yang terkatagori cerdas. Suatu waktu ada lewat seorang pemulung yang membawa gerobak, tatapan mencari sesuati dari luar. Seketika ia menemukan yang ia cari, seorang anak yang terkatagori cerdas tadi. Ketika tatapan mata mereka bertemu, tampak bapak tua tadi memberikan senyuman kepada anak tadi. Tapi anak tersebut malah menunduk dan sejak itu ia mulai diam dalam pelajaran. Ustadzah itu mampu membaca kondisi jika sang anak merasa malu dengan keadaan orang tuanya. sehingga iapun berinisiatif untuk memberikan pemahaman tentang Birul Walidain. Dan alhamdulilah terjadi ketika kejadian kemarin berulang, anak tersebut memunculkan ekspresi berbeda. Kali ini ia membalas senyum bapaknya dengan senyum termanis, senyum kebanggaan akan orang tuanya.

Yach..boleh jadi sikap Kiki n gadis kecil tersebut bukti or cerminan kepemahaman mereka terhadap konsep Birul Walidain. Bagaimana dengan kita, masih adakah rasa kurang beruntungnya kita dengan keadaan orang tua kita..or masihkah kita memunculkan sedikit malu terhadap keadaan orang tua kita..ana punya teman waktu SMA yang saking kurang berbakti pada ortunya. Karena egonya masih sangat tinggi, beliau malu jika ortunya yang mengambil raportnya. Beliau lebih senang mangatakan orangtuanya ga’ bisa dan minta bantuan wali siswa lainya..Astafirullah…Mudah-mudahan tidak pernah tersebesit dihati kita akan perilaku seperti itu. Untuk memperkuat pemahaman kita tentang gimana cara kita berbakti pada oaring tua kita..Yuk kita pahami lagi materi dibawah ini

@ri' Wyd

Tidak ada komentar: